web 2.0

Minggu, 16 Januari 2011

refleksi untuk pesantren



Keberadaan Pesantren sebagai basis penyebaran Agama Islam di Indonesia telah berjalan selama berabad-abad lamanya.tapi pada kenyataannya Pesantren bukan hanya tempat penyebarab agama Islam,hal itu terbukti pada saat negri ini di jajah ,jarang sekali ada pesantren yang kompromi dengan penjajah,namun realitasnya justru sebaliknya Pesantren senantiasa menjadi basis perjuangan melawan penjajah,misalnya pada fase menjelang kemerdekaan bisa kita lihat bagaimana santri menolak saikere “yaitu membungkuk sembilan puluh derajat setiap pagi “ hal ini mengundang perlawanan pisik secara terbuka oleh para pemeluk agama islam terutama kalangan pesantren seperti yang di lakukan KH.Zaenal Mustopa dan santri-santrinya yang tampil melawan tentara matahari terbit dengan persenjataan yang tidak seimbang.
Elemen pesantren yang didalamnya terdapat kiyai, santri dan masyrakat sekitar pesantren sangat berperan dalam memperoleh kemerdekaan, mungkin pembaca juga tahu tentang Laskar Sabilillah dan Hijbulloh yang merupakan Tentara-tentara Islam yang berjuang dengan mengatasnamakan agama perjuangan mereka tidak hanya sampai pembacaan proklamasi Indonesia yang di bacakan Sukarno yang di anggap hari kemerdekaan oleh bangsa Indonesia tetapi setelah hari itu juga ketika agresi militer belanda ke dua Laskar-laskar Islam terus berjuang mengusir penjajah dari bumi pertiwi ini, tetapi saya rasa sejarawan kejam, pemerintah kejam dalam menuliskan sejarah Islam Indonesia, walaupun demikian yakinlah akan maha adil-Nya Alloh,Maha tahu-Nya Alloh akan semua ciptaanya.
Bukan berlebihan jika saya sebut Pesantren adalah jembatan menuju NKRI karena itulah kenyataannya. Dari pesantrenlah munculnya kiyai-kiyai yang dulunya santri-santri. Orang- itulah yang sangat berpengaruh, dihormati, disegani oleh masyarakatnya. Pesantren juga berfungsi sebagai tempat bermusyawarah menentukan strategi melawan penjajah. Saya tidak akan menjelaskan secara terperinci tentang kurikulum yang ada di pesantren. Saya hanya ingin bangsa Indonesia tahu peran pesantren dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Negara Indonesia. Apa sebenarnya yang menyebabkan rakyat Indonesia khususnya umat Islam berperang melawan penjajah tanpa rasa takut mati, hanya satu kata untuk menjawabnya “Jihad”, Jihad dalam arti berperang diperintahkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dan umat Islam hanya dalam upaya menghadapi perlakuan dan serangan yang dilancarkan oleh musuh Islam berupa perlakuan yang menyakitkan seperti terror, intimidasi, ejekan, penganiayaan pisik, kedzaliman dan serangan terorganisir. Umat Islam Indonesia pada saat itu sudah merasa waktunya untuk berjihad melawan penjajah dengan dua pilihan hidup atau mati di jalan Allah. Hal ini lah yang menyebabkan rakyat Indonesia kuat melawan penjajah walaupun secara persenjataan sangat jauh berbeda.
Akan tetapi, saya tidak bisa menjelaskan secara terperinci apa tugas pesantren sekarang ini dengan visi misi yang berbeda-beda, kegiatannya yang beragam dan sistemnya yang bersistem kerajaan. Saya rasa pesantren harus lebih memperjelas visi dan misinya sebagai basis penyebaran agama Islam. Kalaupun pesantren akan lebih melebarkan sayapnya dalam dunia pendidikan segeralah perbaiki kurikulum yang ada di pesantren. Ketika penulis jalan-jalan ke pesantren-pesantren di wilayah ciamis dan tasikmalaya rata-rata santrinya berkurang dari sebelumnya, bahkan ada yang asramanya pun kosong dari para santri, yang lucunya lagi plang nama pesantrennya sudah tidak jelas termakan waktu.
Ada apa sebenarnya dengan pesantren saat ini?
Apa yang harus dirombak dari pesantren?
Hal ini, harus dipikirkan oleh semua pihak di pesantren untuk membangkitkan kejayaan pesantren yang pernah jaya.
Merintis, mengembangkan, menghabiskan
Gelar kiyai pada awalnya diberikan masyarakat pada orang yang benar-benar tahu ilmu agama. Pada saat itulah kiyai dihormati, disegani, dan dijadikan panutan oleh masyarakatnya. Disaat kiyai mendirikan atau merintis pesantren, maka masyarakatnya pun tidaak berpikir panjang mengantarkan anak-anaknya untuk mondok di pesantren. Setelah kiyai pendiri sekaligus pimpinan pesantren wafat, putra-putra kiyai mau pintar ataupun tidak pintar, putra kiyai itulah yang akan melanjutkan memimpin pesantren. Sedangkan, tahap kedua dari perintisan adalah pengembangan, tugas inilah yang harus dilakukan oleh putra kiyainya. Apabila tugas ini tidak berjalan dengan lancar, maka hasilnya pesantrennya tidak akan berkembang. Akan tetap, bahkan tak sedikit yang merosot atau layaknya pedagang dalam tanda kutif gulung tikar.
Di masa cucunya, bila system tidak berjalan secara rapih di tahap perintisan dan pengembangan, cucu pimpinan pesantren malah akan menghabiskan. Pesantren akan lebih rusak. Cucunya yang tidak merasakan pahitnya merintis dan mengembangkan pesantren, dia akan merusak system yang ada di pesantren. Dengan demikian, kepercayaan masyarakat terhadap pesantren menjadi berkurang. Untuk menghadapi hal itu, perbaikilah system yang ada di pesatren, belajarlah dari sejarah, minimal sejarah leluhurnya yang mendirikan pesantren, supaya timbul rasa hormat, rasa memiliki, yang akan menjadikan semua pengelola pesantren menjadi semangat untuk lebih menjalankan pesantren demi umat.
Sudah sewajarnya system pesantren yang Kerajaan pasti akan mengalami kemajuan dan kemunduran hal ini pimpinan sangan berperan besar dalam kemajuan dan kemunduran pesantren.supaya pesantren tetap istiqomah di jalan alloh,dalam menentukan suatu keputusan sebaiknya mengambil cara musyawarah dengan semua pihak yang terlibat di pesantren lebih baik juga melibatkan masyarakat supaya tidak ada hal yang semu di pandangan masyarakat terhadap pesantren. pesantren juga harus menerima bila ada kritik ataupun saran dari masyarakat kalau kritik dan saran itu sipatnya benar-benar membangun.hilangkanlah rasa fanatik, lihatlah dunia luar, kadang hal yang tidak terpikirkan oleh kita akan terjadi pada kita. dan haruslah selalu ingat bahwa ulama itu pewaris para nabi jadilah ahli waris yang amanah dan bertanggung jawab.
Disamping itu Pesantren juga harus jeli terhadap perubahan jaman yang membuat perubahan pada pola pikir masyarakat pada umumnya. Misalnya saja dengan diselenggarakannya wajar dikdas sembilan tahun, hal itu sudah menyempitkan pasar bagi pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal. Saya rasa Pesantren pada saat ini berkewajiban menyelengarakan pendidikan formal. Dalam kurikulum pendidikan formal itulah Pesantren memasukan kurikulum yang sudah biasa di pakai  sebelumnya. Dengan itu tujuan pemerintah yang ingin mencerdaskan bangsa akan tercapai dan tujuan pesantren sebagai basis penyebaran Islam di Indonesia juga akan tercapai. (Dian prayoga paradja)





Sabtu, 01 Januari 2011

lowongan kerja ciamis tasik

dicari distributor buku buku LKS untuk wilayah ciamis tasik..
hub:085223990044